Kaliandra (Calliandra Calothyrsus)

Kaliandra (Calliandra Calothyrsus)

Oleh: Suwandi, S.Hut

Kaliandra Calliandra calothyrsus berasal dari Amerika Tengah dan masuk ke pulau Jawa pada tahun 1936.  Pada tahun 1974 sebuah program “MALU” (Mantri Kehutanan dan  Lurah) yang dikembangkan oleh Perum Perhutani dilaksanakan dengan membagikan secara gratis biji-biji kaliandra kepada masyarakat sekitar hutan sehingga penamanan kaliandra dapat tersebar luas di pulau Jawa.  Tujuan penanaman kaliandra pada mulanya untuk penghijauan, mencegah erosi dan mencegah penduduk mengambil kayu bakar dari hutan. Dengan adanya  kaliandra, penduduk dapat mengambil kayunya untuk kayu bakar sehingga penebangan liar di hutan oleh penduduk dapat dicegah (Tangendjaja et al., 1992 dalam Wina et al., 2000).

Sebaran alami  C. calothyrsus di manca negara  terdapat di Mexico Selatan dan Amerika Tengah seperti Belize, Costa Rica, Guatemala, Honduras, Nicaragua dan Panama.  Pada sebaran alaminya, tanaman ini tumbuh pada ketinggian 0 – 1860 m dengan rerata curah hujan tahunan 1000 – 4000 mm, rerata suhu minimum tahunan 18-22° C.  Umumnya C. calothyrsus toleran terhadap 2 – 4 bulan kering (curah hujan kurang dari 50 mm/bulan).  Selain itu tanaman ini juga toleran terhadap berbagai jenis tanah termasuk tanah masam dengan PH 4.5.  Akan tetapi  C. calothyrsus  tidak toleran terhadap tanah tergenang (Macqueen 1997dalam Roshetko James M. 2000).

Refprensi

Roshetko James, M. 2000. Calliandra calothyrsus di Indonesia. Lokakarya Produksi Benih dan Pemanfaatan Kaliandra di Bogor 14 –16 November, 2000.http://www.worldagroforestrycentre.org/sea/Publications/files/proceeding/R0006-04.PDF diakses tgl 25 Januari 2011

Wina Elizabeth dan Tangendaja Budi. 2000. Pemanfaatan kaliandra (calliandra calothyrsus) Sebagai hijauan pakan ruminansia di Indonesia. Lokakarya Produksi Benih dan Pemanfaatan Kaliandra di Bogor 14 –16 November, 2000.http://www.worldagroforestrycentre.org/sea/Publications/files/proceeding/R0006-04.PDF diakses tgl 25 Januari 2011